RETENSIO PLASENTA
v Defenisi
Retensio plasenta adalah plasenta tidak
lahir spontan maksimal 30 menit. (Petrus Andriano, 1999),
Retensio plasenta adalah lepas
plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantsi,
menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian
pembuluh darah tetapi terbuka serta menimbulkan perdarahan. (Manuaba,2002).
Retensio
plasenta yaitu plasenta dianggap retensi bila belum dilahirkan dalam batas
waktutertentu setelah bayi lahir (dalam waktu 30 menit setelah penatalasanaan
aktif).
Retensio plasenta adalah tertahan atau belum lahirnya palsenta hingga melebihi
30 menit setelah bayi lahir (Sarwanto, 2002).
v Etiologi
a. Etiologi Dasar meliputi :
§ Faktor
Maternal
ü Gravida
berusia lanjut
ü Multiparitas
§ Faktor
Uterus
ü
Bekas sectio caesaria, sering plasenta tertanam pada
jaringan cicatrix uterus
ü
Bekas pembedahan uterus
ü
Anorrali dan uterus
ü
Tidak efektif kontraksi uterus
ü
Pembentukan contraction ring
ü
Bekas curetage uterus, yang terutama dilakukan setelah
abortus
ü
Bekas pengeluaran plasenta secara maual
ü
Bekas ondometritis
Latar belakang
keaadaan yang nampaknya umum terjadi pada semua kondisi penyebab adalah
defisiensi endometrium dan desisua. Diantaranya adalah :
·
Desidua yang melapisi jaringan cicatrix bekas sectio
caesar kurang memadai
·
Pada wanita yang pernah mengalami plasenta previa,
pengembangan desidua pada segmen bawah rahim relatif jelek
·
Desidua pada cornu uterina biasanya hipoplastik
·
Pada banyak wanita dengan meningkatnya usia dan
paritas terjadi penurunan Kecukupan desidua secara progresif
·
Bekas curetage atau pengeluaran plasenta secara manual
merupakan indikasi bahwa perlekatan plasenta yang abnormal menjadi alasan
diperlukannya prosedur tersebut.
b. Etiologi berdasarkan abnormalitas pada kala III
meliputi :
1.
Plasenta belum lahir dari dinding uterus, ini terjadi
karna :
a. Kontraksi uterus kurang
kuatutk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
b. Plasenta melekat erat pada
dinding uterus
2.
Plasenta sudah lepas
akan tetapi belum dilahirkan, ini terjadi karena tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran
kontraksi pada bagian bawah uterus yang akan menghalangi keliarnya plasenta
(plasenta incarserata)
3.
Pathofiliologi
Dalam keadaan normal, desidua basalis terletak diantara miometium dan plasenta
Lempeng pembelahan bagi pemisahan palsenta berada dalam lapisan desidua basalis
yang mirip spons. Pada plasenta acreta, desidua basilis tidak ada sebagian atau
seluruhnya, sehingga plasenta melekat langsung pada miometrium, villi tersebut
bisa tetap supervisiailspd otot uterus atau dapat menembus lebih dalam. Keadaan
ini bukan terjadi karena sifat invasif trofoblast yang abnormal, melainkan
karena adanya efek pada desisdua
4.
Gambaran klinis
a. Waktu hamil
1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai plasenta previa
3) Terjadi persainan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
4) Kadang terjadi ruptur uteri
b.
Persalinan
kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c.
Persalinan
kala III
1) Retresio plasenta menjadi ciri utama
2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan
ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual
3) Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan
ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk
mengeluarkan plasenta
4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
Konsep
dasar asuhan
Plasenta
Manual
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dr tempat implastasinya dan kemudian melahirkannya keluar
dari kavum uteri.
Prosedur Plasenta Manual
Persiapan :
• Pasang set dan cairan infus
• Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
• Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
• Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
Komplikasi
a) Syok naemorargic
b) Sepsis
c) Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perjusi organ
Pencegahan
Pencegahan
resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan
plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan
penegangan talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif
kala III dengan mengamati dan melihat kontraksi uterus
Pengelolaan Retensia Palcenta
Plasenta
belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua. Periksa
kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptin untuk memasukkan
kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan
kandung kemih. Ulangi kembali penegangan talipusat dan tekanan dorso-kranial
seperti yang diuraikan diatas. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin
diperlukan jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Ingat, apabila
plasenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan
segera rujukan.
Pehatikan : jika sebelum plsenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan
maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum
uteri. Jika setelah manual masih terjadi perdarahan dan tidak kontraksi, maka
lakukan manajemen atonia uteri.
Tindakan
penetrasi ke dalam kavum uteri:
ü Perhatikan kandung kemih dalam keadaan kosong
ü Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm
dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
ü Secara
obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke
dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
ü Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang
asinten / penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan
tangan luar untuk memindahkan fundus uteri
ü Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan
dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
ü Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar
seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain
saling merapat.
Melepas plasenta dari dinding uterus
ü Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi
plasenta paling bawah.
• Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetapt di sebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan di antara plasenta dan dinding uterfus
dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)
• Bila dikorpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas talipusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap ke atas (Anterior ibu).
ü Setelah
ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus, maka perluasan
perlepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil
digeserkan ke atas (kranial ibu, hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari
dinding uterus).
Catatan :
• Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sma
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasentamanual karena hal itu
menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium)
• Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut
adalah plasenta akreta. Untuk keadaan itu sebaiknya ibu diberi uterotonika
tambahan (misoprostal 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan.
Mengeluarkan Plasenta
ü Sementara satu tangan masih di dalam kavum
uteri, lakukan eksplorasi untuk meilai tidak ada plasenta yang tertinggal
ü Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra
simfis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/ penolong
untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawaplasenta keluar (hindari
terjadinya percikan darah)
ü Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan
suprasimfisis) uterus ke arah dorso-kranial setelah plasenta dilahorkan dan
tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan
Pencegahan Infeksi Pascatindakan
ü Dekontaminasi sarung tangan (sebelum
dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan
ü Lepaskan
dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya ke dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
ü Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
ü Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
Pemantauan Pascatindakan
ü Periksa kembali tanda vital ibu
ü Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
ü Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih
diperlukkan dan asuhan lanjutan
ü Beritahukan kepada ibu dan keluarganya bahwa
tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan
tambahan
ü Lanjutan
pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke ruang rawat
gabung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar