Rabu, 17 Juli 2013

REtensio Plasenta

RETENSIO PLASENTA
v  Defenisi
Retensio plasenta adalah plasenta tidak lahir spontan maksimal 30 menit. (Petrus Andriano, 1999),
Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantsi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetapi terbuka serta menimbulkan perdarahan. (Manuaba,2002).
Retensio plasenta yaitu plasenta dianggap retensi bila belum dilahirkan dalam batas waktutertentu setelah bayi lahir (dalam waktu 30 menit setelah penatalasanaan aktif).
Retensio plasenta adalah tertahan atau belum lahirnya palsenta hingga melebihi 30 menit setelah bayi lahir (Sarwanto, 2002).

v  Etiologi
a. Etiologi Dasar meliputi :

§  Faktor Maternal
ü  Gravida berusia lanjut
ü  Multiparitas
§  Faktor Uterus
ü  Bekas sectio caesaria, sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterus
ü  Bekas pembedahan uterus
ü  Anorrali dan uterus
ü  Tidak efektif kontraksi uterus
ü  Pembentukan contraction ring
ü  Bekas curetage uterus, yang terutama dilakukan setelah abortus
ü  Bekas pengeluaran plasenta secara maual
ü  Bekas ondometritis


            Latar belakang keaadaan yang nampaknya umum terjadi pada semua kondisi penyebab adalah defisiensi endometrium dan desisua. Diantaranya adalah :
·         Desidua yang melapisi jaringan cicatrix bekas sectio caesar kurang memadai
·         Pada wanita yang pernah mengalami plasenta previa, pengembangan desidua pada segmen bawah rahim relatif jelek
·         Desidua pada cornu uterina biasanya hipoplastik
·         Pada banyak wanita dengan meningkatnya usia dan paritas terjadi penurunan Kecukupan desidua secara progresif
·         Bekas curetage atau pengeluaran plasenta secara manual merupakan indikasi bahwa perlekatan plasenta yang abnormal menjadi alasan diperlukannya prosedur tersebut.
b. Etiologi berdasarkan abnormalitas pada kala III meliputi :
1.      Plasenta belum lahir dari dinding uterus, ini terjadi karna :
a.         Kontraksi uterus kurang kuatutk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
b.         Plasenta melekat erat pada dinding uterus


2.      Plasenta sudah lepas
akan tetapi belum dilahirkan, ini terjadi karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang akan menghalangi keliarnya plasenta (plasenta incarserata)


3.      Pathofiliologi
Dalam keadaan normal, desidua basalis terletak diantara miometium dan plasenta Lempeng pembelahan bagi pemisahan palsenta berada dalam lapisan desidua basalis yang mirip spons. Pada plasenta acreta, desidua basilis tidak ada sebagian atau seluruhnya, sehingga plasenta melekat langsung pada miometrium, villi tersebut bisa tetap supervisiailspd otot uterus atau dapat menembus lebih dalam. Keadaan ini bukan terjadi karena sifat invasif trofoblast yang abnormal, melainkan karena adanya efek pada desisdua


4.       Gambaran klinis
a. Waktu hamil
1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini   biasanya menyertai plasenta previa
3) Terjadi persainan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
4) Kadang terjadi ruptur uteri


b.      Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal


c.       Persalinan kala III
1) Retresio plasenta menjadi ciri utama
2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual
3) Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta
4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta



Konsep dasar asuhan
Plasenta Manual
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara manual (menggunakan tangan) dr tempat implastasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Prosedur Plasenta Manual
Persiapan :
• Pasang set dan cairan infus
• Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
• Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
• Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
Komplikasi
a) Syok naemorargic
b) Sepsis
c) Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perjusi organ

Pencegahan
Pencegahan resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III dengan mengamati dan melihat kontraksi uterus

Pengelolaan Retensia Palcenta

Plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua. Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptin untuk memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penegangan talipusat dan tekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan diatas. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Ingat, apabila plasenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan segera rujukan.

Pehatikan : jika sebelum plsenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri. Jika setelah manual masih terjadi perdarahan dan tidak kontraksi, maka lakukan manajemen atonia uteri.

Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri:
ü  Perhatikan kandung kemih dalam keadaan kosong
ü  Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
ü   Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
ü  Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asinten / penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk memindahkan fundus uteri
ü  Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
ü  Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat.
Melepas plasenta dari dinding uterus

ü  Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
• Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetapt di sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan di antara plasenta dan dinding uterfus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)
• Bila dikorpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas talipusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (Anterior ibu).

ü   Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus, maka perluasan perlepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu, hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus).
Catatan :
• Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sma tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasentamanual karena hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium)
• Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan itu sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (misoprostal 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Mengeluarkan Plasenta

ü  Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk meilai tidak ada plasenta yang tertinggal
ü  Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/ penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawaplasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah)
ü  Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus ke arah dorso-kranial setelah plasenta dilahorkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan
Pencegahan Infeksi Pascatindakan

ü   Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan
ü   Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
ü  Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
ü  Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
Pemantauan Pascatindakan

ü  Periksa kembali tanda vital ibu
ü  Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
ü  Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukkan dan asuhan lanjutan
ü  Beritahukan kepada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan tambahan
ü   Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar